Kamis, 27 Januari 2022

Tarombo Ompu Manaretua

 



 

Ompu Manaretua adalah generasi ke-10 Lumban Gaol, nama gelar dari nenek moyang kami. Manaretua sendiri cicit dari Paranjak Ulubalang, generasi ke-4. Paranjak Ulubalang sendiri anak ketiga dari sebelas anak Sianggasana, generasi ke-3.

Sianggasana sendiri anak kedua dari Tuan Jolita, generasi ke-2, cucu dari Raja Lumban Gaol, generasi ke-1 awal marga Lumban Gaol.

Manaretua membuka kampung di Sosor Tambok dan menikahi putri, Boru Sitorus Pane. Dari pernikahannnya dikaruniai empat anak dan satu putri. Anak pertama digelari Ompu Maruli. Anak kedua Ompu Pamasi. Anak ketiga Ompu Marbulung. Anak keempat Ompu Martimbul. Lalu, putri menikah dengan marga Silaban.

Di Sosor Tambok, Manaretua membuka kampung disebut huta Lumban Tua. Dari Sosor Tambok tiga keturunan Ompu Manaretua yaitu; anak pertama Ompu Maruli, anak kedua Ompu Pamasi dan anak keempat Ompu Martimbul meninggalkan Sosor Tambok membuka kampung di Pargodungan, Aek Nauli, untuk mencari penghidupan baru. Sedangkan anak ketiga, Ompu Marbulung menetap di Sosor Tambok. Mengapa tiga anak Ompu Manaretua ke Pargodungan, Aek Nauli? Aek Nauli sendiri asal nenek moyangnya, Paranjak Ulubalang.

Dari Pargodungan, Aek Nauli ketiga keturunan Manaretua sampai dua generasi hidup menetap, dari sana kemudian berserak. Keturunan dari anak bungsu merantau ke Sumbul, Sidikalang. Generasi kedua, keturunan anak Ompu Pamasi yaitu Ompu Bulihar dan Ompu Mananti. Ompu Mananti merantau ke Padang Sidempuan, sedangkan abangnya Ompu Bulihar menetap di Hutagurgur.

Sementara keturunan anak pertama, Ompu Maruli setelah meninggal, anaknya, yaitu Ama Maruli atau Ompu Japintar atau cucu pertama (pahompu panggoaran Ompu Manaretua) bernama asli David Manaretua Lumban Gaol, di masa muda pulang kembali ke Sosor Tambok, oleh karena dijemput tulangnya Sitorus Pane ke Pargodungan-Aek Nauli, untuk kembali ke Bona Pasogitnya, Sosor Tambok. Dan dinikahkan dengan paribannya.

Hanya sayang, David Manaretua meninggal di usia muda, belum umur 30 tahun. Sakit lever. Meninggalkan dua anak laki-laki satu putri yaitu Maruli atau Ama Japintar atau Ompu Jimmy. Anak kedua bernama Asal atau Ama Mindo atau Ompu Sangap Surung. Sedangkan putri menikah dengan Simanullang, tinggal dan menetap di Sarulla, Pahae. Sementara istrinya Boru Sitorus Pane, sempat menikah lagi Ompu Pamasi dengan melahirkan dua putri. Kedua putri itu meninggal ketika masih belia, tak sempat tumbuh dewasa.

Jika dirunut keturunan Buha Ujung hingga ke cicitnya Manaretua, ada empat generasi anak tunggal. Inilah tarombo Buha Ujung hingga ke Manaretua. Buha Ujung anak ketiga Paranjak Ulubalang memperanakkan anak tunggal, Ompu Batar. Ompu Batar memperanakkan Ompu Tumajur. Ompu Tumajur memperanakkan Ama Tumajur. Ama Tumajur memperanakkan Ompu Bangun.

Baru di generasi Ompu Bangun, generasi ke-9, memiliki dua putra, bernama Ompu Manaretua dan Ompu Siboban. Dari Ompu Manaretua keturunannya mekar. Ompu Manaretua empat putera, sebagaimana dijelaskan di atas yaitu: Ompu Maruli menikah dengan Boru Sitorus Pane, dari pernikahannya lahir satu putra, Ompu Japintar. Ompu Pamasi menikah dengan Boru Simanullang, dianugerahi dua anak laki-laki yaitu Ompu Bulihar dan Ompu Mananti, dan satu anak perempuan, menikah dengan marga Sigalinging di Pargodungam, Aek Nauli.

Sementara, Ompu Marbulung menikah dengan Boru Simanullang, dikaruniai tiga anak laki-laki; Ompu Rusman, Ompu Rihard dan Ompu Ojak. Kemudian, Ompu Martimbul menikah dengan Boru Nainggolan dari Pandumaan, memiliki anak tunggal, Ompu Maradu.

Sementara kisah hidup dari adik Ompu Manaretua, Ompu Siboban tak memiliki putera, tetapi punya keturunan puteri tunggal. Dalam budaya Batak sistim patriarki, sistem sosial yang menempatkan laki-laki mengikuti garis keturunan bapak, maka tarombo Ompu Siboban berhenti, terputus.

Namun di tahun 1980-an keturunan dari Ompu Siboban, keturunan boru, pernah datang menjumpai keturunan dari Ompu Manaretua, memberi piso berupa kerbau sebagai pengakuan bahwa mereka adalah bere, keturunan (amangtua) Ompu Manaretua.

Sabtu, 22 Januari 2022 seluruh keturunan Ompu Manaretua yang sudah sampai di generasi ke-7, mengelar ibadah meresmikan Tambak (Simin) Ompu Manaretua di Sosor Tambok.

*Penulis, Hojot Marluga nama pena dari Hotman J Lumban Gaol, gelar Ama Stephen, generasi ke-6 dari Ompu Manaretua atau generasi ke-15 dari Raja Lumban Gaol

 

Kamis, 20 Januari 2022

Simanjuntak Bersinar

 Mantap-mantap, luar biasa terberkati marga Simanjuntak ini, bah.

Saat ini, pada saat yang bersamaan, beberapa jabatan penting dipercayakan kepada marga Simanjuntak Sitolu Sada Ina di berbagai tempat di Indonesia.

Antara lain@:

Kapolda Sumut Irjen Pol Panca P. Simanjuntak.

Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Maruli Simanjuntak.

Komandan Lanud TNI AU Supadio Pontianak, Kalimantan Barat Marsekal Pertama TNI Deni Hasoloan Simanjuntak.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung RI Leonard Ebenezer Simanjuntak SH, MH (tadinya Kajati Papua Barat)

Brigjen TNI Erikson Naek Simanjuntak, Direktur A Badan Intelijen BAIS TNI.

Laksamana Pertama TNI Songkal V.H. Simanjuntak, Kadis Litbang TNI AL.

Dr Barita Simanjuntak SH, MH, Cfr.A, Ketua Komisi Pengawas Kejaksaan Republik Indonesia periode 2019-2023.

 Ada juga Irjen Pol. Panca Simanjuntak Kapolda Sumatera Utara

 Juru Bicara Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak

Wartawan Senior Mabes TNI Cilangkap Ronny Simanjuntak

Kamis, 06 Januari 2022

SEMUANYA MILIK TUHAN

 

Firman Tuhan hari ini:

1 Tawarikh 29:11

Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala  

(Ai gok di Ho do, ale Jahowa hatimbulon dohot hagogoon dohot hamuliaon dohot hatongamon dohot pujipujian; gok di Ho tahe nang saluhut na di banua ginjang dohot na di tano on! Gok di Ho do, ale Jahowa harajaon, jala dipatimbul Ho dirim di atas ni saluhut na marjujungan.)


     Setengah jam sebelum masuk ibadah minggu, beliau telah duduk di bangku gereja, barisan ketiga dari belakang, yang didepannya agak longgar (luas yang kosong). Kebetulan saya melihat altar dalam gedung gereja, yang sebelumnya telah dirapikan pagi-pagi tadi oleh isteri saya. Aku melihat ada duduk sendirian di barisan belakang dalam gedung besar yang kosong itu.

     Setelah kuamati rupanya beliau adalah Bapak Tarnama Sinambela, jemaat gereja yang saya layani. Beliau telah memberi kebutuhan keluarga kami, saat kami baru melayani, sehingga layak seperti orang yang tinggal di ibukota. Karena beliau juga memandang ke arahku, maka saya pun memberanikan diri mendekati beliau, duduk disamping beliau. Setelah kusalami dan hanya sebentar kami berdua berbincang-bincang, saya merasa diberi bahan khotbah yang amat penting. Beliau menjawab saya: "Ndang adong artahu amang pandita, sude na nidokmuna i na di palumehon Debata do i". (artinya: Aku tidak punya harta pak pendeta, semuanya yang kamu ketahui itu adalam titipan Tuhan). Setelah kuamati minggu-minggu berikutnya, setiap ibadah minggu di gereja pelayanan saya dulu, selalu hadir lebih awal dan berdoa sendirian. Rupanya di semua kantor kerjanya pun demikian, informasi saya peroleh dari para stafnya.

     Beberapa hari yang lalu ada kalender dinding diberikan kepada keluarga kami, pada setiap lembarannya dipampangkan foto-foto perusahaan, yang sepengetahuan saya dimiliki Bapak Tarnama Sinambela. Hal itu benar. Tapi semuanya itu "adalah yang dititipkan Tuhan untuk dikelola beliau dan menjadi berkat kepada ribuan orang, bahkan berjuta-juta orang menikmatinya sebagai berkat Tuhan." Itulah yang saya pahami dari pengakuan Bapak Tarnama Sinambela, 21 tahun yang lalu pada percakapan singkat kami.

     Doa ucapan syukur Daud yang paling indah pada firman Tuhan hari ini, dinyatakan juga kepada Tuhan "punya-Mulah", "gok di Ho do", "your is ..., O LORD".  Bahwa "kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan" (hatimbulon dohot hagogoon dohot hamuliaon dohot hatongamon dohot pujipujian;) adalah milik Tuhan, demikian juga "kerajaan dan kepala yang tertinggi adalah Tuhan (*harajaon, jala hatimbulon  Ho dirim di atas ni saluhut na marjujungan ima Tuhan)

      Firman Tuhan ini menjadi renungan yang penting bagi kita hari ini. Apakah Anda percaya dan mengakui dalam doa kepada Tuhan, bila Anda sekarang ini orang besar (natimbul) dan sedang jaya (marhagogoon) itu adalah milik Tuhan yang diberikan kepada Anda. Allah adalah yang Mahakuasa (Pargogo na so hatudosan). Demikian seterusnya seperti dinyatakan dalam firman hari ini. Siapa pun Anda dan aku, semua kita dengan keadaan kita, apa pun yang kita katakan milik kita, ada sertifikat atau bukti hak milik, bagaimana pun kini status sosial kita, semuanya itu *sebenarnya milik Allah sebagai ciptaanNya sendiri (sebagian diolah manusia sedemikian rupa) yang ditipkan (dipalumehon) kepada kita, yang kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Atau kita pergunakan sesuai kehendak Tuhan Allah, bukan kehendak kita sendiri.

     Kepercayaan dan pengakuan, tentang hal-hal seperti di atas, dalam doa-doa kita kepada Tuhan, itulah pelajaran kita dari firman Tuhan hari ini. TUHAN senantiasa menyertai, melindungi, menguatkan dan memberkati kita hari ini, besok, sampai selama-lamanya. Amin. (Pdt. Rachman Tua Munthe).

Kamis, 6 Januari 2022.

Tarombo Ompu Manaretua

    Ompu Manaretua adalah generasi ke-10 Lumban Gaol, nama gelar dari nenek moyang kami. Manaretua sendiri cicit dari Paranjak Ulubalang...